Bataskotanews – festival tokok sagu Papua Skouw yang berlangsung di Skouw Yambe dihadiri Asosiasi Walikota Indonesia Timur yang dipimpin langsung oleh Penjabat WaliKota Jayapura, Mr. Dr Frans Pekey bersama penjabat Sekda Kota Mr. Robby Awi, SE,M.Si.
Walikota Jayapura, Mr Frans Pekey yang mendampingi para Walikota ini sebelumnya berkunjung ke Marketingpoint atau pasar batas dan pagar untuk sekedar menginjakkan kaki di negara tetangga Papua Nugini.
Berselang sekitar pukul 15.00 atau lebih, rombongan Walikota Indonesia Timur tiba di lokasi Festival Tokok Sagu Skouw Yambe dan disambut dengan tarian penyelamatan Sagu yang dipentaskan oleh grup tari dari Distrik Heram Padang Bulan.
Selanjutnya pengalungan noken kepada semua walikota beserta istri pun dilakukan oleh tua tua adat Skouw.
Usai itu, doa pembukaan oleh pendeta Abraham Mayor,Ketua Klasis Muara Tami.

Direktur Jenderal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr Samsul, SH,MM yang berkesempatan memberikan sambutan pada ivent berbudaya khas Papua Skouw ini merasa bangga dengan adanya program pemberdayaan pemuda, sekolah-sekolah yang sudah dilatih untuk kenali potensi Skouw.
Bagaimana kearifan lokalnya diproteksi dan sebagainya, termasuk festival tokok sagu Skouw sebagai gerakan membangun masyarakat Adat.
Dirjen juga sedang mendorong di Papua bagaimana gerakan untuk mengangkat potensi budaya dan kearifan lokal di Papua.
“Sagu, pangan lokal warisan leluhur, pemerintah pusat melalui Dirjen, tengah urus pohon sagu yang nyaris alih fungsi, padahal krisis pangan dunia, sedang mengancam, tentu makanan lokal yang bisa jadi benteng terakhir,” kata Samsul.
Skouw menjadi pilot proyek, tentunya walikota dan sekda mohon untuk backup.

Tak hanya sagu, tapi potensi lain dari pohon sagu itu perlu digali, menggali produk sagu, tepung, gula, ragam makanan dari sagu, pangan warisan dari leluhur, bisa dilepas asal dengan ragam food (makanan) lokal.
Ada juga kelapa, secara tradisional yang menuju modern, tentunya kita berharap diseragamkan dengan semua pihak.
Program stimulus, di Dirjen, tentunya masyarakat bisa memperolehnya, apalagi ini dana abadi.
Riset dan teknologi, dan tarian tradisional, peningkatan kebudayaan dan regulasi yang berkaitan dengan budaya Papua dan Indonesia pada umumnya patut dilestarikan.
Hadirnya kemajuan budaya tentunya pasti ikut meningkatkan PAD kota.
Banyak cara dan jalan untuk bagaimana komunitas adat, pemuda adat dan kelembagaan adat lainnya.
Tahun ini kita di Jayapura, Lembaga Masyarakatnya (LMA) baik sekali, karena itu perlu ada pengakuan terhadap komunitas ini.
Kongres kebudayaan tahun 2023 Indonesia akan digelar bulan November di Jakarta.
Sementara itu, Walikota Jayapura Mr. Dr Frans Pekey dalam sambutannya mengatakan bahwa festival ini akan dijadikan sebagai momen tahunan.
Dikatakan, sagu merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Papua, karena itu memiliki peran penting dan tinggi dalam bentuk olahan untuk menghasilkan nilai ekonomi, meski di berbagai daerah di Papua keberadaan sagu terancam punah.
Menjadi penting untuk semua pihak, baik pemerintah, masyarakat Adat untuk sama-sama melestarikan pohon sagu.
Menanam kembali di area atau hutan yang memang sudah tersedia, supaya ada keberlanjutan hidup manusia Papua.

“Jangan sampai pada generasi 40 tahun yang akan datang hanya tinggal nama, padahal nenek moyang pernah tanam dan makan sagu, taunya sagu dan papeda su trada,” kata Mr Frans.
Ditambahkan, meskipun nanti masyarakat menyuguhkan papeda, tetapi sumbernya bukan dari sagu, melainkan dari bahan baku yang lain yaitu singkong atau kasbi yang kadar protein dan zat karbohidratnya tidak sama dengan sagu.
Oleh karena itu, menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat adat sendiri, baik yang di Skouw maupun daerah lain di Papua dan serta di Indonesia sebagai penghasil sagu.
Menurut Mr. Frans menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan dari setiap benak kepala daerah di Indonesia Timur yang menginjakan kakinya di Skouw, spesial kampung Skouw Yambe yang telah ikut menanam sagu.
“Menanam sagu di Skouw Yambe, menjadi catatan sejarah bagi para kepala daerah dari Indonesia Timur. Ada walikota Ternate, Ambon, Kepulauan, Walikota Jayapura dan lainnya, tentunya menjadi kebanggaan tersendiri dan tanggungjawab kita semua untuk melestarikannya turun temurun,” ujar Mr Frans.
Mr. Frans Pekey ajak masyarakat Adat Skouw untuk menjadikan festival tokok sagu sebagai ajang tahunan.
Katanya, setiap tahun ivent tokok sagu akan dilakukan untuk bagaimana mengembangkan sagu dari berbagai perspektif.
Baik secara tradisional maupun modern dalam relasinya dengan peningkatan ekonomi dan pertumbuhannya di masyarakat Adat.
Meski nantinya ada alih teknologi pengolahan, tetapi pola pengolahan secara tradisional melalui tokok, jangan dihilangkan bahkan ditiadakan.
“Kalau jadi agenda tetap, bisa jadi nilai, apakah ekonomi, budaya, wisata dan sebagainya, apalagi pantai panjang Skouw bisa dikolaborasikan antara Pemerintah Kota dan Adat Skouw untuk kepentingan kampung sebagai bagian dari impian dan cita-cita kita semua untuk kemajuan daerah,” kata Mr. Frans Pekey, Penjabat Walikota Jayapura.
Festival Tokok Sagu Perdana Skouw ini selain dihadiri sejumlah Walikota se-Indonesia Timur, juga hadir pejabat dari Kemendikbud, Kemenperwisata, Direktur Walhi Indonesia, Direktur PT PRISMA Papua, Penjabat Sekda Kota Jayapura, Kepala Distrik Abepura Mr. Thom Rumbewas,Kepala Distrik Muara Tami, Mr Akobiarek, Kapolsek Muara Tami, Ketua Klasis Muara Tami Mr. Pdt. Abraham Mayor dan para insan Pers serta sejumlah kepala Dinas dan Badan Pemkot Jayapura secara khusus Kepala Dinas Pertanian Kota Jayapura Mr. Ir. Jean Rollo beserta ibu sebagai Ketua KUBE Sagu Skouw Yambe pembakaran festival tokok Sagu Skouw. Festival ini rencana besok, Jum’at 23 Juni 2023 akan ditutup oleh penjabat Walikota Jayapura, Mr. Dr. Frans Pekey. (timliputan/simonb).