Komisi IV DPR RI Siapkan 100 Paket Bimtek Untuk Petani dan Nelayan di Papua Tahun 2023

Anggota Komisi IV DPR RI H.Sulaeman L Hamza saat di wawancara oleh wartawan perbatasan RI-PNG di Hotel Grande Arso.

Border, tabloidbodapost.com – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia saat ini tengah menyiapkan 100 paket Bimbingan Teknis kepada Petani dan Nelayan di Provinsi Papua. Demikian dikatakan H.Sulaeman L Hamza, anggota Komisi IV DPR RI saat diwawancarai di ruang VIP Hotel Grand Arso Keerom Papua, Senin 6 Mareth 2023.

Dikatakan, secara umum dari pusat, kementerian yang menjadi mitra kerja Komisi IV DPR RI itu pihaknya memprogramkan sedikitnya 100 paket bimbingan tehnis, yang akan disampaikan kepada seluruh masyarakat petani dan nelayan di Papua.

Dari 100 paket itu, kata anggota DPR RI Dapil Papua ini sebagian besar ada di sektor pertanian, lalu selebihnya ada di 2 kementerian lainnya.

Paket Bimtek ini semata-mata untuk menjawab kebutuhan masa depan, bahwa sumber daya manusia (sdm) pertanian itu makin hari makin berkurang bukannya bertambah. Usia petani dalam negeri sudah pada tua, sementara generasi muda hampir sedikit sekali yang berminat menjadi petani, selebihnya mereka beranggapan petani itu kotor, profesi yang tidak menjanjikan.

Peserta Bimtek

Secara prospektif, kalau dilihat masa depan pertanian, pertanian menjadi harapan besar bangsa ini, karena iklim, lahan yang luas, selalu tersedia dan sangat menjanjikan.

Menurut H. Sulaeman L Hamza, dari bantuan yang kurang lebih 2 periode menjabat sebagai anggota DPR RI pada Komisi IV, dirinya sudah berbagi kepada masyarakat petani dan nelayan di Papua sebagai Dapilnya sangat menolong masyarakat didaerah ini.

“Ini membutuhkan makin hari makin kita tahu bahwa mereka sangat membutuhkan pendampingan, sementara pendampingan yang langsung dari Dinas berupa petugas PPL ini juga belum maksimal, karena kekurangan tenaga PPL, mungkin juga sarana prasarana, sehingga pendampingan dari waktu ke waktu kepada petani kurang maksimal, oleh karena itu dengan adanya Bintek ini,” kata H. Sulaeman L Hamza. 

Dirinya berharap supaya PPL(petugas penyuluh lapangan) bisa dapat menguasai secara tehnis pengetahuan tentang aplikasi Biosaka untuk membantu petani mengaplikasikan apa yang jadi kendala di dunia pertanian.

Tentunya, dengan kegiatan Bimtek ini, katanya PPL akan dihadirkan bersama petani-petani untuk langsung mempraktekkan aplikasi biosaka untuk kebutuhan pertanian didaerah ini.

“Salah satu kendala yang kita hadapi selama ini di pertanian, kita makin nyata sekarang bahwa pemerintah tidak bisa memenuhi harapan masyarakat secara total, karena kebutuhan nasional itu, subsidi pupuk itu membutuhkan anggaran senilai 24 trilyun, sementara anggaran yang tersedia hari ini di APBN hanya 9 trilyun,” tandasnya.

Terpaut begitu jauh, sehingga kebutuhan pupuk itu, daerah tertentu sangat sulit terpenuhi mendapatkan bantuan pupuk subsidi itu. Itu yang jadi soal. Otomatis berpengaruh kepada produksi, tanaman kita, hasil tidak maksimal.

Nah, kita berusaha untuk saling melengkapi, karena itu bagian dari alternatif, untuk pupuk tanaman tadi, itu kita giring para petani supaya beralih ke pupuk organik.

Pupuk organik, kita juga bantu bantuan alat UPO (unit pupuk organik) kepada petani untuk lahan pupuk organik, dilengkapi dengan beberapa ekor sapi, kemudian ada bangunan kecil untuk pabrik pupuk kecil juga untuk ternaknya di situ, dibantu juga ternaknya, dan diharapkan dengan ternak tersebut bisa membuat pupuk sendiri meski skalanya kecil. Tapi kalau kita bisa bagi, dari sentra-sentra produksi, diharapkan bisa produksi maksimal.

Nah, yang unik hari ini, sebetulnya, yang belum populer, di masyarakat kita tidak lagi membelanjakan, mengeluarkan uang besar untuk beli pupuk karena dengan program biosaka ini, dalam prakteknya, itu mengambil rumput yang ada di sekitar lahan situ lahan kebun pertani, dari rumput yang diambil itu, kemudian dicampur air diremas sampai mendapatkan air itu berupa warna kemudian diaplikasikan di lahan yang sama, rumput yang dari lahan itu untuk kepentingan tanaman. Dan itu sebetulnya sangat menolong.

Secara teori, saya sendiri tidak begitu menguasai, tetapi secara praktek ternyata di pulau Jawa itu sudah sebagian besar petani sudah beralih pada penggunaan biosaka itu. Dan itu sangat membantu tanaman menjadi subur, hama penyakit menjadi terhindarkan disitu, sehingga ini sangat membantu, produksi maksimal, dan sudah mempraktekkannya, karena itu kita masukkan dalam materi pelatihan untuk melatih peserta sehingga termasuk PPLnya kita akan latih supaya mereka bisa memulai mengaplikasikannya dilahan mereka sendiri. Hanya bermodalkan alat semprot saja, mereka bisa maksimalkan produksi tanaman mereka dengan menggunakan biosaka ini. Nah, keinginan kita ke masa depan ini, dari komoditi yang diharapkan oleh pemerintah pusat, dari 3 komoditi yang disingkat pajala (padi jagung dan kedelai), itu ternyata memang khusus untuk kedelai belum swasembada, beras pada masa Orde Baru kita sempat swasembada, menurun dan sekarang bangkit lagi,  Beberapa tahun terakhir ini, kita tidak lagi impor beras, kita bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan kita juga bisa eksport. Jagung juga demikian, oleh karena itu, tinggal satu-satunya komoditi yang belum jadi adalah adalah kedelai.

Nah, kedelai itu harapan pemerintah dari kondisi lahan dan iklim wilayah Timur Indonesia ini bisa mensuplay komodi kedelai kita mulai dari Keerom khususnya, ini akan proyeksikan penghasil kedelai dalam rangka menghasilkan bibit unggul untuk dibagi kepada wilayah timur kita ini sebisa mungkin kita hasilkan dari sini.

Uji ciba yang kami lakukan, sekarang 50 ha di Yawarub ini, ini hasilnya juga luar biasa. Dan tinggal kita tingkatkan, lalu setelah ini tehnis, kita sudah kuasai semuanya petani yang dilatihnya pasti sama. Keroyok bersama.

Suatu saat Keerom ini menjadi penghasil kedelai yang tadinya tidak diharapkan tetapi, masa depan bisa menjadi komoditi kedelai di Keerom, untuk kebutuhan nasional. Dan ini cita-cita besar yang kita mau dorong Keerom ini masyarakat bisa sejahtera untuk komoditi kedelai dan komoditi pertanian lain yang unggul di sini. 

Tentunya, kita tidak pernah berhenti bagaimana supaya APBD tidak mencukupi, kita dorong ke APBN untuk disuport dari pusat dan itu yang saya lakukan selama ini untuk membantu kepentingan daerah.

Kabupaten Keerom menjanjikan untuk masa depan karena itu, itu saya tentu berharap masyarakat bisa mendukung program pemerintah ini supaya secara khusus Keerom punya komoditi unggulan yang dapat dieksport keluar dengan skala yang lebih besar,

“Intinya aplikasi biosaka yang semula dari alam, harus kembali ke alam melalui tenaga PPLdan petani yang sudah terlatih,” pungkas Haji Sulaeman L Hamza. (tim liputan /simonb)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *